Akhir-akhir ini, saya banyak bersinggungan dengan bahasa pemrograman Java. Dari mulai diajakin membangun sebuah aplikasi, hingga ajakan membangun operating system berbasis Android. Saya sangat mensyukuri karunia ini, karena jadi ada alasan untuk mengasah –kembali– kemampuan kodingan saya. Basis saya tetap slytherian alias programmer ulo a.k.a python, tapi yang begini tetap mengasyikkan, apalagi kalau bisa bikin dapur ngebul hehe.
Tantangan terbaru saya, tepat sore tadi menjelang undangan tahlilan, adalah mengolah ulang splash logo di android. Kebetulan gambar logonya memang memanggil vector saja, tetapi backgroundnya ternyata menggambar di canvas. Ya sudah, meski sempat banyak error karena blind-coding dan buru-buru mau tahlilan, semoga revisi terakhir saya sudah benar. Kenapa semoga? Karena memang tidak bisa saya coba langsung. Kondisi koneksi internet saya tidak memungkinkan (alias saya sudah nggak kebayang berapa hari bakal selesai) buat menyiapkan environment untuk build OS yang butuh image bergiga-giga itu. Apalagi source repo-nya dari tempat yang dicekek benwitnya kalau diakses pakai ndihom. Ya sudah, terima nasib saja, blind code it is!
Lalu, kaitannya dengan judul apa? JavaScript BUKAN Java lho!!!
Eits.. sabar dulu masembake, iya, javascript bukan Java, oke oke. Tetapi karena memang masih naksanak, jadi bahasa pemrogramannya kurang lebih ya sama saja. Dan ndilalahnya untuk kasus yang saya ceritakan dengan apa yang saya jadikan judul ini sama-sama membahas hal yang sama, yaitu canvas.
Yak, betul, ini bakal jadi cerita tentang memanfaatkan canvas API. Tetapi sebelumnya, saya mesti cerita dulu. Jadi, dahulu kala ketika akun twitter @lantip masih ada, saya sempat mbikin satu rentetan twit dengan tagar #satuharisatuseloka. Yang saya muat di twit dengan tagar itu adalah seloka atau tepatnya ujaran/ajaran/ungkapan dalam bahasa jawa, yang kemudian saya tuliskan memakai aksara jawa, dan saya sertakan juga makna baik harfiah maupun tersiratnya.
Singkat cerita, hashtag itu lumayan diikuti oleh banyak orang, kurang lebih ada… sepuluh lebih dikit. Jadinya saya semakin semangat membuat seri twit itu. Lantas di kesempatan selanjutnya, teman baik saya, @mahendrapurwa bilang, bahwa dia tertarik membuat kaligrafi atas twit-twit saya tersebut. Dan whoa.. kaligrafinya bagus banget. Anda sekalian bisa niliki di akun instagram ini.
Tetapi seiring berjalannya waktu, bertambah kesibukan masing-masing, update di instagram terpaksa terhenti dulu. Nah, ndilalahnya tadi itu saya niliki lagi akun instagram kami ini, lalu terpikir, gimana kalau bikin generative art memakai aksara jawa? Toh, tadi sempat ngulik soal canvas kan? Maka meluncurlah saya ke canvas API. Hasilnya, seperti yang Anda lihat di gambar di atas.
Mau nyobain? Silakan menuju ke link ini.
Untuk saat ini, baru menggunakan satu kalimat saja, yaitu ꦱꦸꦫꦢꦶꦫꦗꦪꦤꦶꦁꦫꦠ꧀ꦭꦼꦧꦸꦂꦢꦺꦤꦶꦁꦥꦔꦺꦱ꧀ꦠꦸꦠꦶ (suradira jayaningrat lebur dening pangestuti). Ke depan mungkin akan saya tambahkan pilihan. Untuk font-nya juga, meski sudah saya sediakan beberapa font, tetapi untuk mengubah fontnya masih harus mengedit source codenya (js dan css). Ke depan bisa deh dibikin ada pilihan fontnya.
Nah, kalau njenengen pingin mencoba koding sendiri, hosting sendiri, atau mau diapakan terserah, dijual juga boleh asal kalau laku dan dapat uang jangan lupa sedekah, silakan meluncur ke kode sumbernya di github saya.
Selamat menggambar!